Beranda | Artikel
Agenda Salafush Sholih di Bulan Ramadhan (2)
Rabu, 17 Juni 2015

4. Berdzikir di masjid seusuai subuh, sampai terbit matahari.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam apabila usai shalat subuh, beliau duduk berdizikir di tempat beliau sholat, sampai terbit matahari. (HR. Muslim)

Kebiasaan ini tentu bertolak belakang dengan kebiasaan sebagian anak muda zaman sekarang. Pagi-pagi menghidupkan mercon, menggangu orang yang lalu lalang, dan mengotori jalan dengan serpihan-serpihan kertas. Disamping itu, menghamburkan harta untuk kesia-siaan. Padahal waktu pagi adalah waktu berkah dan kesempatan meraup pahala yang besar.

Imam Tirmidzi menukilkan sebuah hadis, dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِيْ جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Barangsiapa yang shalat shubuh berjama’ah, lalu berdzikir sampai terbit matahari kemudian shalat dua raka’at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan ‘umrah, sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Tirmidziy no.591 dan dinilai hasan oleh Syaikh Albaniy)

Rutinitas seperti ini beliau lakukan setiap hari. Terlebih lagi di hari-hari mulia; seperti bulan ramadhan.

5. I’tikaf.

Bila memasuki sepuluh hari terakhir bulan ramadhan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengencangkan tali pinggangnya (tidak menggauli istrinya) kemudian beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. Dan pada tahun terakhir dari umur beliau, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhori)

Dalam ibadah i’tikaf, terkumpul berbagai macam ibadah. Diantara seperti doa, membaca Al Quran, berdzikir, sholat, dan ibadah-ibadah lainnya. Mungkin terbayang susah menjalani i’tikaf ini bagi yang belum pernah mencoba. Padahal akan menjadi mudah bila diusahakan, dengan memohon taufik dari Allah ‘azza wa jalla. Dengan tekad dan niat yang jujur, maka Allah akan menolong hambaNya untuk melakukan amalan-amal kebaikan.

I’tikaf lebih ditekankan pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan, karena pada saat-saat itulah terdapat malam laiatul qodr. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

6. Umrah di bulan ramadhan.

Bagi yang memiliki kelebihan rizki, moment ramadhan sangat tepat untuk melaksanakan ibadah umarah. Dalam sabdanya, Nabi shallallahu’alaihiwasallam mengabarkan,

فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ

Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256)

Dalam riwayat lain disebutkan,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR. Bukhari no. 1863)

7. Berburu malam Lailatul Qodr.

Nabi shallallahu’alaihi wasallam dahulu, bila memasuki sepuluh malam terakhir, beliau memberi motivasi para sahabat, dan membangunkan kerabat beliau untuk berburu malam lailatul qodr (yakni dengan beribadah di malam tersebut).

Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَه

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. “ (Bukhari dan Muslim).

Dalam musnad Imam Ahmad, dari sahabat Ubadah bin Shomit, disebutkan,

من قامها ابتغاءها ثم وقعت له غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر

Barangsiapa yang mengerjakan shalat di malam lailatul qadar, dia berharap mendapatkan malam tersebut, lalu ia benar-benar memperolehnya, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang.” (Al Hafidh Ibnu Hajar menilai sanad hadis ini shohih berdasarkan syarat Imam Bukhori)

Beberapa riwayat yang menjelaskan, besar harapannya bahwa malam tersebut terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir bulan ramadhan. Diantaranya persaksian sahabat Ubai bin Ka’ab berikut,

وَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِى هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ –

Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bahwa ia adalah malam yang Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam memerintahkan untuk qiyamullail, yaitu malam ke dua puluh tujuh (Ramadhan)”. (HR. Muslim)

Kemudian dalam Shohih Muslim juga disebutkan sebuah riwayat,

رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِى الْوِتْرِ مِنْهَا

Seseorang bermimpi bahwa lailatul qadar terjadi pada malam kedua puluh tujuh. Maka Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Aku melihat mimpi kalian bertemu pada sepuluh hari terakhir, maka hendaklah ia mencarinya (lailatul Qadar) pada malam-malam ganjil.” (HR. Muslim)

Lalu doa apakah yang dianjurkan untuk diucapkan saat malam lailatul qodr? Aisyah radhiyallahu’anha, pernah bertanya hal senada kepada Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam,

يا رسول الله إن وافقت ليلة القدر ما أقول؟

Wahai Rasulullah, bila aku menadapati malam tersebut, doa apakah yang harus aku panjatkan?

Ucapkan…” Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’annii”
(Artinya: Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Mencintai Pemaafan, maka maafkanlah hamba.) (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Dinilai shohih oleh Syaikh Albani)

8. Memperbanyak dzikir dan istighfar.

Hari-hari di bulan ramadhan, adalah hari istimewa. Maka perbanyaklah dzikir, istighfar dan doa. Terlebih di waktu-waktu mustajab seperti berikut:

1. Saat berbuka. Karena saat-saat beebuka adalah waktu yang mustajab untuk berdoa.

2. Saat sepertiga malam terakhi. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah dalam hadis Qudsi, bahwa Allah ‘azza wa jalla turun (sesuai kebesaran dan keagunganNya) ke langit dunia, di setiap sepertiga malam terakhir. Lalu berfirman,

ُ هَلْ مِنْ سَائِلٍ يُعْطَى هَلْ مِنْ دَاعٍ يُسْتَجَابُ لَهُ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ يُغْفَرُ لَهُ حَتَّى يَنْفَجِرَ الصُّبْحُ

Adakah orang yang meminta, sehigga akan Aku beri, orang yang berdo’a maka Aku kabulkan, dan orang yang memohon ampun maka dosanya Aku ampuni.”

3. Kemudian pada waktu sahur. Allah ta’ala berfirman,

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz Dzariyat: 18)

Terakhir, ingatlah selalu sebuah amalan hati yang menjadi penentu diterimanya amalan ibadah l di sisi Allah. Yaitu ikhlas. Berapa banyak seorang yang puasa sepanjang siang, namun ia tidak mendapatkan buahnya selain lapar dan dahaga. Dan berapa banyak orang yang menghidupkan malamnya dengan tahajud, namun tidak mendapatkan buahnya kecuali rasa letih dan kantuk saja. Karena Allah yang maha mulia, tidaklah menerima suatu amalan, kecuali yang dilakukan karena ikhlas; hanya mengharap keridhoanNya. Oleh karenanya, dalam wasiat-wasiat Nabi kita dapati pesan mulia,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa dan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. ” (HR. Ibnu Majah)

***

Terinspirasi dari sebuah buletin berbahasa arab berjudul “Haal as Salaf fie Ramadhan“, terbitan Madar al Wathon, Riyadh.

Ditulis di pagi yang berkah; 26 Sya’ban 1436 H / 13 Juni 2015. Riyadh, KSA.

Penulis: Ahmad Anshori

Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Hadits Tentang Perempuan, Hai Orang Orang Yang Beriman Diwajibkan Atas Kamu Berpuasa, Pengertian Ayat Kursi, Hukum Sperma, Merasa Diri Lebih Baik Dari Orang Lain


Artikel asli: https://muslim.or.id/25785-agenda-salafush-sholih-di-bulan-ramadhan-2.html